Ia bukan sekadar demam tapi sakit* (meminjam kata penulis novel Akademi Impiana - Dah Sakit?*).
Segalanya sakit. Sakit dengan gossipnya, dengan dramanya, dengan cintanya, dengan produksi gergasinya, dengan eksploitasinya, dengan sensasinya, dengan ke'jantan'annya, dengan ke'betina'annya, dengan kelantangannya, dengan lakonannya, dengan tingkah lakunya, dengan kegedikannya, dengan emosinya, dengan tangis sendu airmatanya, dengan nyanyiannya, dengan komentarnya, dengan kemeriahannya, dengan kebosanannya, dengan riang dan tawanya, dengan kealpaannya, dengan ceritanya, dengan kejutannya, dengan realitinya, dengan bintangnya, dengan kejuaraannya, dengan kejatuhannya, dengan keburukannya, dengan hala tujunya, dengan keangkuhannya, dengan keghairahannya, dengan nasibnya, dengan glameristiknya, dengan egoistiknya, dengan simpatinya, dengan penajanya, dengan afundinya, dengan pengundinya, dengan taksubnya, dengan telefon bimbit nokianya, dengan 32999nya, dengan kad goresnya, dengan bilnya, dengan ketidakserikkannya
No comments:
Post a Comment